Catatan Branding — Ayam Geprek Bebas
Hallo teman teman!!! Kembali lagi bersama catatan branding dari AGB. Setelah 4 tulisan lalu berdiskusi mengenai brand inventory, pada tulisan kali ini sudah saatnya kita masuk kepada diskusi brand exploratory. Pada brand exploratory ini, penulis akan melakukan observasi dengan tiga metode yaitu Netnografi, kualitatif, dan kuantitatif. Dan diskusi pertama adalah mengenai NETNOGRAFI. Pada dasarnya netnografi adalah penelitian kualitatif dengan melakukan etnografi pada internet. Dimana pada metode ini adalah dengan meneliti hubungan atau interaksi sosial melalui internet. Pada kasus ini adalah mengobservasi bagaimana interaksi yang dimiliki brand dengan customernya. Untuk itu mari kita langsung pake masalahnya.
The problem-
Jadi permasalahannya terdapat brand owned touchpoint ( before purchase ) yang mana secara spesifik adalah terdapat pada satu satunya brand communication dari AGB untuk promosi yaitu instagram. Pada tulisan sebelumnya telah dianalisis bahwa instagram dari AGB kurang efektif. Dengan kurangnya keefektifan tersebut, maka dirasa menghilangkan kesempatan untuk dapat meningkatkan awareness bahkan sales pada mereka mengingat AGB tidak memiliki brand communication lain untuk melakukan promosi.Nah pada tulisan ini kita ingin mengetahui konten seperti apa sih yang menarik customer. Apa sih yang dapat membuat instagram AGB menjadi lebih efektif.
Platform-
Seperti yang sudah terdapat pada problem, maka penulis akan menggunakan platform instagram pada netnografi kali ini. Ini karena bahwa adanya ketidakefektifan dalam brand touchpoint dan brand communication ini. Maka untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu kita harus mengulik data melalui platform ini. Penulis akan menganalisis platform ini dari 2 aspek, yaitu dari Instagram AGB sendiri dengan melalui instagram tag dan instagram feeds dan lalu yang kedua yaitu dari Instagram kompetitor. Dan untuk jangka waktunya yaitu dimulai dari 2019–2020. Dimana AGB mulai bergabung dan aktif dalam media instagram.
Dalam melakukan pengumpulan data seperti yang telah disebutkan diatas saya mengambil dari aspek dibawah ini :
- AGB’s Instagram Tag
- AGB’s Instagram Feeds
- Competitor’s Instagram
Dari ketiga aspek kita mengetahui yang seperti apakah yang lebih efektif dalam instagram. Dan pada instagram feed, penulis akan menganalisis dari segi besaran like dan komen pada setiap post. Lalu untuk instagram kompetitor akan dianalisis dengan pertama apakah instagram dari kompetitor aktif atau tidak lalu sama seperti sebelumnya akan dicek juga dari comment dan likes. Nah untuk instagram tag ini kita lihat hal apa saja yang customer bagiakan dan tag mengenai AGB apakah mengenai makanan, tempat, review, atau sekedar sharing pengalamannya dengan AGB.
Berikut merupakan hasil dari pengambilan informasi :
- Instagram tag
Pada hasil netnography pada instagram tag ditemukan bahwa kebanyakan pelanggan customer memanfaatkan ini dengan mengupload experiencenya memakan AGB. Mulai dari food reviewer yang memberikan informasi mengenai AGB serta review pengalamannya dan rasa dari AGB hingga customer biasa yang hanya sekedar membagikan pengalaman mereka.
- Instagram feeds
Pada Instagram feeds saya menganalisis dengan melihat jumlah likes, views dan comment terbanyak dari semua post. Maka setelah melihat itu dari aspek itu, penulis menemukan bahwa hal yang paling menarik perhatian customer adalah dari promo dan diskon, giveaway dan review selain itu juga konten dengan isi informasi mengenai brand memiliki engagement yang cukup tinggi yaitu proses memasak dan grand opening dari store.
- Competitor’s Instagram
Penulis memilih kompetitor terbesar yang dimiliki AGB yaitu Ayam geprek pangeran dan geprek bensu. Secara garis besar engagement dari mereka cukup sama yaitu dari promo dan discount memang sangat menarik customer. Dari analisis ini penulis melihat bahwa geprek ruben memiliki engagement yang besarannya ( bukan dilihat dari jumlah tapi perbandingan ) cukup besar karena pada setiap konten selalu disisipkan pada caption informasi promo dan discount.
Implication-
Nah dari data ini penulis melihat bahwa instagram dari AGB maupun kompetitornya tidak efektif untuk komunikasi dengan pelanggan. Seperti yang kita tahu pada tulisan bagian platform bahwa AGB mempunyai followers sebanyak 3829 orang lalu kompetitornya Ayam Geprek Pangeran sebanyak 26K followers dan Geprek Bensu sebanyak 740K Followers tetapi dari jumlah followers yang dapat dikatakan cukup banyak ini interaksi dengan customer terhitung sedikit.
Dan menurut saya itu karena target market dari mereka tidak terlalu mengkonsiderasi liat instagram saat akan memutuskan untuk membeli ayam geprek. Jadi itu kurang disadari dan kurang penting gitu oleh pelanggan si instagram ini tuh.
Tetapi terlepas dari itu setelah melihat hasil analisis tadi, customer lebih tertarik pada konten dengan isi promo, review dan informasi brand yang menarik ( seperti video memasak dll ). Hasil ini dilihat baik dari instagram AGB maupun kompetitornya. Ini memperlihatkan bahwa customer dari ayam geprek ini memiliki tipe yang sama yaitu lebih tertarik pada informasi promo dari brand tersebut dan juga review brand tersebut dari influencer.
Dari 2 key points itu maka yang harus AGB lakukan adalah dengan menaikan instgram recognition mereka kepada customer atau potential customer. Cara yang dilakukan bisa dengan menggunakan instagram add atau dengan memperlihatkannya pada setiap communication channel misal tertulis pada salah satu sudut di offline store atau di online food delivery app pada foto AGB tertulis nama instagramnya.
Lalu selain itu, AGB harus mempersiapkan konten instagram yang menarik pelanggan yaitu dengan memperbanyak postingan mengenai promo yang ada atau mungkin jika sedang tidak ada promo dapat dibuat dengan menampilkan benefit dari beli AGB misal dengan harga murah bisa beli sepiring mentung. Atau AGB dapat memulai dengan menggunakan jasa influencer terutama yang ada di bidang kuliner, karena ini sangat menarik engagement dan juga mengundang trust customer kepada AGB karena influencer tersebut. Lalu AGB juga dapat mulai membuat konten konten kreatif yang menginformasikan AGB agar dapat lebih menarik customer untuk curious atas hal itu. Ini dilakukan karena mengingat instagram adalah satusatunya media promosi dari AGB, jadi sangat disayangkan jika penggunaannya tidak efektif.
Kualitatif
Seperti yang terlihat diatas hasilnya adalah bahwa instagram sebagai satu satunya communication channel untuk promosi yang dimiliki AGB ternyata kurang efektif. Maka dari itu, penulis akan melanjutkan observasi ini untuk memvalidasi apakah betul instagram ini kurang efektif untuk brand AGB ini ?Maka untuk mengetahui hal tersebut, penulis melakukan 2 metode, yaitu free association dan Site visit/ store visit.
Untuk free association kali ini penulis akan berfokus kepada instagram, mengingat pada tulisan sebelumnya penulis telah menggunakan free association untuk hal yang lebih general. Mengapa menggunakan free association ? ini karena penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi customer mengenai instagram dari AGB, apakah hasilnya positif atau bahkan negatif. Dan responden dari free association ini adalah orang orang yang menjadi responden pada saat pembuatan mental map.
Penulis melakukan free association ini dengan menanyakan bagaimana pendapat responden mengenai instagram ayam geprek bebas dengan menunjukan instagram dari AGB.
Dan hasilnya adalah ternyata memunculkan respon yang positif, yaitu dengan asosiasi paling banyak adalah pada warna yang cukup menarik perhatian dan itu bagus untuk menarik pelanggan melihat instagramnya, lalu setelah itu yang kedua terbanyak adalah respon terhadap konten yang cukup menarik rapi dan terlihat bagus, ketiga yaitu terlihat bahwa cukup banyak post promo, lalu terdapat pada feeds yang tertata dan terstruktur dalam penempatannya salah satu responden bilang bahwa instagramnya berkonteks.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari konten instagram, AGB memiliki hal yang menarik dan mendatangkan respon positif. Tetapi jika seperti itu lantas kenapa instagram ini kurang efektif ? Ini pun memunculkan tanda tanya kepada penulis.
Dan karena hal itu, penulis memutuskan untuk melakukan metode lain yaitu Site visit yaitu dengan mendatangi langsung store AGB dan memperhatikan customer yang ada disana serta wawancara singkat pada beberapa customer. Pada wawancara singkat tersebut, penulis menanyakan hal sebagai berikut :
- Dari mana kamu tau AGB
- Apakah kamu tau AGB ada instagram
- Follow ga ? terus alasannya
- Kalau tidak follow apakah tertarik kalau ada ? kenapa
Penulis berada disana selama sekitar 3 jam dan bertanya kepada sekitar 25 customer, dengan hasil seperti dibawah ini :
Seperti yang dapat kita lihat, hasilnya adalah mayoritas dari customer mengetahui AGB dari relatives mereka dan hanya 2 orang yang mengetahuinya dari instagram dan 1 orang menemukannya dengan tidak sengaja.
Lalu pada pertanyaan kedua, 16 dari 25 customer mengaku bahwa mereka tidak mengetahui bahwa AGB tidak mempunyai instagram dan pada saat ditanya pada pertanyaan selanjutnya yaitu apakah akan tertarik untuk memfollow jawabannya adalah 13 dari 16 customer menjawab tidak tertarik dan kesimpulan alasan yang penulis tangkap yaitu karena mereka merasa malas dan tidak penting untuk follow instagram dari ayam geprek.
Lalu pada pertanyaan kedua sisa dari customer bilang bahwa mereka follow karena disana suka ada informasi promo dan sama halnya dengan yang tertarik untuk follow yaitu karena biasanya instagram tempat makan suka ada informasi promo.
Maka penulis membuat kesimpulan bahwa konten dari instagram adalah bukan reason utama yang mengakibatkan instagram dari AGB tidak efektif. Tetapi ternyata lebih kepada customer yang merasa bahwa instagram untuk sebuah restoran ayam geprek adalah bukan hal yang cukup penting dan instagram bukan hal yang sangat berpengaruh jika ingin makan ayam geprek. Itulah sebabnya kenapa pada tulisan sebelumnya instagram ayam geprek tidak efektif, ya itu karena channel ini kurang cocok dengan pangsa pasar yang AGB punya.
Kuantitatif
Lantas jika satu satunya brand communication yang AGB punya tidak efektif dan tidak cocok dengan keadaan pasar, bagaimana AGB dapat berpromosi agar dapat diterima dikalangan luas ?. Maka dari itu penulis melakukan metode kuantitatif untuk mencari tahu bagaimana yang harus AGB lakukan dan channel apa yang sebenarnya cocok untuk AGB.
Pada metode kuantitatif ini, penulis menyebarkan kuesioner kepada target market utama dari AGB yaitu mahasiswa dengan kisaran umur 17–21 tahun. Dan penulis pun mendapat 50 responden dengan rincian hasil dan pertanyaan sebagai berikut :
Pertanyaan pertama yaitu, Kamu biasanya kalau lihat iklan ayam geprek dimana sih ? dan pada pertanyaan ini penulis memberikan pilihan jawaban dengan checkbox yaitu dapat memilih beberapa yang pilihannya yaitu lihat di brosur, spanduk atau baliho dan TV, penulis juga memberikan kolom “others” dimana responden dapat menuliskan hal lain.
Dan hasilnya adalah sekitar 84% responden menjawab pada kolom spanduk dan baliho, 28% menjawab lihat pada brosur, 11 % TV dan kolom others sebanyak 64% dengan rincian 36% menjawab instagram dan 28% menjawab sosial media.
Lalu pertanyaan kedua adalah mengenai ketertarikan responden terhadap iklan ayam geprek. Penulis memberikan pilihan jawaban dengan pengurutan pada setiap option. Hasilnya adalah pada brosur pilihan tertinggi ada pada angka 1 dengan 40 responden, yang mana ini menunjukan angka yang sangat rendah dimana berarti responden tidak tertarik pada iklan di brosur. Lalu yang kedua adalah Spanduk dan baliho yang mana terlihat bahwa hasilnya seperti tangga berurutan dari angka 4 hingga 1. Lalu pada TV responden mayoritas memilih pada angka 2 yang mana seperti pada brosur ini merupakan angka yang sedikit, tapi TV masih unggul dengan angka 1 dan2 yang cukup tinggi. Lalu yang terakhir adalah social media add, pada social media add ini tidak terdapat responden yang mengiisi pada angka 1 dan mayoritas pun yaitu sekitar 27 responden menjawab di angka 4.
Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai instagram ayam geprek sebenarnya cocok dimana sih. Lalu hasilnya adalah jawaban didominasi oleh social media add dan spanduk atau baliho yang angkanya secara berurutan 58% dan 36%.
Dan pertanyaan terakhir adalah iklan seperti apa sih yang responden suka. Dan sama seperti pertanyaan kedua penulis memberikan pilihan jawaban dengan pengurutan pada setiap option. Untuk opsi pertama yaitu ada tulisan promo dan discount memiliki angka 4 yang sangat tinggi yaitu dengan 33 responden dan sisanya ada pada angka 3 dan 2. Lalu pada opsi 2 yaitu Ada muka influencer terkenal, dapat terlihat bahwa tidak ada yang memilih angka 4 dan mayoritas memilih angka 1. Setelah itu ada informasi tempat dan harga yang cukup jelas memiliki angka 3 sebagai mayoritas jawaban dan angka lainnya menyusul dengan angka 1 hanya memiliki 2 pemilih. Dan keempat ada gambar produknya menarik, terlihat bahwa pemilihan pada opsi ini cukup seimbang tetapi didominasi dengan angka 2 dan 1 meskipun angka lainnya cukup banyak juga.
Maka dari hasil diatas, bahwa biasanya orang orang sering melihat iklan ayam geprek ada di spanduk atau baliho di jalan dan instagram. Lalu responden bilang bahwa mereka lebih tertarik jika melihat iklan ayam geprek adapa di instagram add mereka dibanding dengan penempatan iklan iklan lain dan yang menyusul adalah spanduk atau baliho. Dan pada saat ditanya mengenai penempatan iklan yang cocok untuk ayam geprek, responden mayoritas menjawab bahwa ayam geprek cocok ada pada social media add dan spanduk atau baliho. Dan responden lebih prefer dan suka kalau isi iklannya mengenai promo dan discount.
Kesimpulan
Setelah melihat hasil diatas, penulis melihat bahwa ternyata sebenarnya instagram ini memang sangat berpotensi untuk mendatangkan dan menarik customer. TETAPI, instagram ini akan lebih efektif dengan dimanfaatkannya instagram add, agar instagram AGB ini akan lebih mendapat recognition dari khalayak luas dan juga jika instagram add ini menunjukan promo dan discount. Ini dapat menjadi kesempatan yang baik untuk AGB.
Lalu selain itu, AGB juga dapat membuat channel promosi yang baru yaitu dengan memasang spanduk atau baliho untuk mempromosikan AGB, yang mana didalamnya dapat dimasukan produk harga tempat dan pastinya promosi atau discount. Karena seperti dilihat diatas bahwa responden paling banyak melihat iklan ayam geprek pada spanduk dan baliho dan pada pertanyaan lainnya juga menunjukan hal yang positif. Dan ini pun dapat menjadi kesempatan AGB untuk memiliki communication channel yang lebih luas.